Sirene “Green Bird” berbunyi. Menandakan keberadaan polutan udara yang membahayakan tubuh manusia. “Tuit..tuit..tuit,” begitu suarat yang dikeluarkan robot mungil pendeteksi polusi udara ini ketika mendeteksi adanya gas yang keluar dari sebuah korek pemantik api. Sumber gas disingkirkan dan robot pun kembali bergerak mencari polutan-poluatn lain yang mungkin masih ada di sekitarnya.
Begitulah cara kerja robot hasil karya Michelle Emmanuella (15), Jocelyn Olivia (13), dan Fairuuz (13). Dengan kreativitasnya, tiga siswa yang masih duduk di bangku SMP ini menciptakan robot yang mampu mendeteksi beradaan polutan berbahaya di udara. Dengan dibantu seorang mahasiswa, Michelle, Jocelyn, dan Fairuuz berkreasi membuat robot sederhana dengan fungsi yang luar biasa.
“Begitu ada polusi yang membahayakan dia akan berbunyi. Bisa gas karbondioksida, gas karbonmonoksida, gas elpiji, asap kebakaran, beberapa gas lain seperti metana juga bisa,” kata Michelle saat ditemui di Padepokan Robot Next System Jln. Baranang Siang Bandung, Senin (27/6).
Bentuk robot bernama Green Bird ini, menurut Michelle, dibuat sesederhana mungkin. Bahkan body robot hanya terbuat dari sebuah toples plastik kecil sementara kepala robot terbuat dari mangkuk plastik.
“Kenapa dinamai Green Bird karena tujuannya untuk kepedulian lingkungan dan bentuk kepalanya yang dibuat menyerupai burung,” tutur siswi SMP Trimulia yang akan melanjutkan studinya ke SMA Aloysius ini.
Pembuatan robot ini, kata Michelle, relatif mudah. Bahkan beberapa bahannya dibuat sendiri di Padepokan Next System, dan hanya sensornya yang merupakan produk impor. “Yang susah ya programnya, tapi menyenangkan dan nantinya bisa terus ditambah dengan beberapa kecerdasan lainnya,” tuturnya.
Sementara itu, Jocelyn menuturkan, robot ini sangat memungkinkan untuk dipakai di lingkungan sekitar manusia. Misalnya berpatroli keliling kompleks perumahan atau ditempatkan di pusat-pusat kepadatan kendaraan bermotor. “Sudah dicoba di beberapa tempat. Di sekitar rumah, di jalan raya. Seperti di Pasteur. Pada jam-jam padat robotnya langsung berbunyi,” ucap siswi SMP BPK Penabur ini.
Menurut Jocelyn, robot ini bisa dioperasikan dalam dua mode. Mode otomatis dan mode manual. Robot Green Bird ini juga dilengkapi dengan kemampuan jelajah. Artinya, dia bisa mencari sumber polutan yang dideteksi. “Misalnya ada kebocoran gas atau kebakaran. Dia bisa menemukan dan mencari sumbernya dimana,” tuturnya.
Sementara itu, pendiri Padepokan Next System, Christianto Tjahyadi, menuturkan, hasil-hasil karya semacam inilah yang memang dibutuhkan agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Apalagi kreasi Green Bird ini cukup sederhana dan bisa dilengkapi dan disempurnakan dengan berbagai fungsi lain yang akan lebih bermanfaat.
“Bentuknya bisa diperbesar. Fungsinya pun bisa ditambah. Bukan hanya mendeteksi tetapi juga menakar kadar polutan yang dideteksi,” ungkapnya.
Green Bird ini, kata Chris, baru versi awal dengan bentuk dan fungsi sederhana. Targetnya, selain kecerdasannya ditambah, nantinya robot ini juga bisa merekam data dan mengirimkan data polutan beserta nilai takarannya ke komputer.” Biayanya pasti akan lebih besar karena harus menambah sensor-sensor lagi. Kalau untuk yang ini relatif murah, tidak sampai Rp. 500.000,” ungkapnya. (Nuryani/”PR”)***