Kontes Robot Maranatha (KROMA) 2010 merupakan kontes robot tingkat nasional pertama yang digelar oleh Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha, Bandung, untuk memperkenalkan robotika sebagai salah satu pemanfaatan teknologi yang dapat ber-kolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Dengan mengusung tema “Selamatkan Bumi”, ajang kontes robotik tingkat nasional yang meng-akomodasi siswa SMP/SMA ini digelar di Gedung Grha Widya Maranatha, 3-4 November 2010.
Kategori Junior yang dapat diikuti oleh siswa SD/SMP, mengangkat tantangan “Robot Pembuang Sampah”. Robot bertindak sebagai truk pengangkut sampah, yang wajib mengambil tong-tong sampah organik (berwarna hijau) dan anorganik (berwarna merah) yang berada di sejumlah lokasi jalan. Tong-tong sampah tersebut berupa tabung PVC ber-diameter 5 cm dengan berat maksimum 150 gram. Dalam perjalanannya, robot ditantang untuk mampu mengangkut tong sampah organik terlebih dahulu, dilanjutkan dengan tong sampah anorganik; dan pada kesempatan berikutnya, sebaliknya, robot ditantang untuk mampu mengangkut tong sampah anorganik, dilanjutkan dengan tong sampah organik.
Kategori Senior yang dapat diikuti oleh siswa SD/SMP/SMA mengangkat tantangan “Robot Penanam Pohon”. Robot ditantang untuk mencari sejumlah pot benih, berupa tabung PVC ber-diameter 5 cm dengan berat maksimum 150 gram, berwarna hijau, mengangkutnya ke atas gunung dengan kemiringan 10 derajat, dan menanamnya. Di arena ditempatkan 4 buah pot berwarna hijau dan 4 pot berwarna merah secara acak.
Dalam kontes yang berlangsung dari pk 08.00 – 18.00 ini, setiap peserta tidak hanya ditantang untuk menyiapkan robot dan pemrogramannya dalam waktu yang ditentukan. Saat pendaftaran, peserta harus menyampaikan proposal dan ketika kontes berlangsung, wajib mem-presentasikannya di depan tim juri yang terdiri dari sejumlah dosen.Di dalam arena pun, setiap upaya yang dilakukan tim yang berlaga, termasuk pada saat latihan, dinilai oleh tim juri. Tujuannya agar supaya tim yang memiliki kualitas baik, tidak saling bertanding di babak awal.
Dan yang terakhir, adu cepat. Dimana robot ditantang untuk menyelesaikan misi dengan waktu tercepat.Sementara di final, yang diperhitungkan adalah adu cepat untuk menyelesaikan tiga kasus yang berbeda. Setiap tim diberi waktu 30 menit untuk membuat solusi.Secara keseluruhan, KROMA 2010 merupakan kontes robot yang berani tampil beda, di tengah kompetisi kebanyakan yang hanya menantang adu cepat.
Dalam perhelatan ini, Padepokan Robot NEXT SYSTEM menurunkan satu tim untuk kategori Senior dan tiga tim untuk kategori Junior, yang berasal dari sejumlah sekolah. Tim robot Vanquish (Senior) – Samuel Christian Tjahyadi dan Ricky Disastra, keduanya siswa kelas XI. Tim robot V24 Vantage (Junior) – Michelle Emmanuella Tjahyadi (kelas IX) dan Edsel Jeremy (kelas VII), tim NS One – Jocelyn Olivia Tjahyadi (kelas VII), dan tim Red Arrow – Fairuuz Xaveria (kelas VII).
Dalam pertandingan yang menegangkan, karena tantangan yang cukup sulit dan waktu kontes yang panjang, tim dituntut untuk mengerahkan seluruh kemampuannya secara maraton.
Untuk kategori Senior, tim Vanquish berhasil meraih peringkat pertama (Emas). Sementara untuk kategori Junior, tim NS One dan V24 Vantage, masing-masing meraih peringkat pertama (Emas) dan kedua (Perak). Sementara tim Red Arrow, yang juga lolos ke final, harus puas di posisi harapan tiga, karena robot mengalami gangguan teknis.
Di ajang KROMA 2010 ini, seluruh tim robotik Padepokan Robot NEXT SYSTEM memiliki komitmen untuk tampil dengan robot kreasi sendiri, dengan berpegang pada prinsip “Yang Membuat Pasti Bisa Memperbaiki“.
Tim merancang konstruksi robot dari nol, untuk menjawab tantangan kontes. Robot yang dikembangkan secara gotong royong ini memiliki penampilan yang paling heboh dan eye catching, dan merupakan satu-satunya robot lokal di KROMA 2010. Juga satu-satunya robot yang dilengkapi dengan lengan penjepit aktif, yang mampu menangkap target dengan mengesankan.
Tim NS One yang meraih peringkat pertama kategori Junior, merupakan satu-satunya tim robotik dengan peserta tunggal putri, seorang siswi kelas VII. Raihan yang dicapai Jocelyn Olivia memupus kesan bahwa prestasi robotik adalah milik siswa. Strategi yang diterapkannya mengundang tepuk tangan penonton saat final berlangsung, karena mampu menyelesaikan dua misi dengan skor sempurna.
Satu lagi prestasi tim robotik anak-anak Bandung di ajang kontes robotik yang diikuti oleh 26 tim dari Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Menjadi sebuah kebanggaan karena mereka berani tampil dengan robot kreasi lokal. Sebuah komitmen langka di tengah serbuan gencar produk robot impor saat ini.