Robot Deteksi Polusi Punya Sayap

MASIH ingat dengan beberapa alat indikator polutan udara yang di Kota Bandung tidak berfungsi lagi? Atau beberapa kasus kebakaran yang diakibatkan elpiji di rumah tinggal bocor? Hmm, ada baiknya jika saat ini melirik Green Bird, robot pendeteksi polusi serta gas yang dianggap membahayakan bagi manusia.

Adalah tiga siswa SMP terdiri atas Michelle Emmanuella (15), lulusan SMP Trimulia dan Jocelyn Olivia (13), SMP BPK Penabur serta Fairuuz dari SMP Temasek. Ketiganya siswa berbakat binaan dari Padepokan Next System pimpinan Christianto Tjahyadi.

“Cara kerja dari robot ini sederhana banget. Sensornya akan langsung bekerja jika mendapati adanya polusi udara, asap kebakaran atau gas berbahaya seperti elpiji, metana, dan karbondioksida,” ungkap Michelle di Padepokan Next System, di pertokoan ITC Kosambi, Jln. Baranangsiang, baru-baru ini.

Dari segi penampilan, Green Bird yang dibuat selama satu bulan sangat menarik dengan dominasi warna hijau, bermata dua, sayap serta berparuh seperti burung tentunya. Bahkan bahannya pun relatif sederhana. Badannya hanya terbuat dari sebuah boks kue plastik ukuran 400 ml dengan ditutup baskom kecil.

Sensor pendeteksi udara yang terbilang menguras kantong yakni seharga Rp 160 ribu. Sebab sensor itu buatan negara China. Indonesia belum ada. “Kalau dihitung ya menghabiskan sekitar Rp 500 ribu untuk satu Green Bird ini,” terangnya.

Green Bird sendiri sudah diujicobakan di seputar wilayah Kota Bandung. Hasilnya sungguh mencengangkan. Sensornya langsung bekerja dan memberikan Early warning saat ditempatkan di perempatan Tegallega, Pasteur serta Cimahi di waktu sore hari.

Hmm, ide sederhana yang kemudian diaplikasikan untuk kepentingan orang banyak tentu sangat berharga. Salut buat Michelle dan kawan-kawan. (rinny/”GM”)**

Sumber: Galamedia