Saklar Bounce dan Debounce

Tidak ada yang lebih sederhana dibanding saklar dan push button. Ini merupakan cara yang paling sederhana untuk memberikan kondisi tegangan pada pin masukan mikrokontroler, dan tidak memerlukan penjelasan secara detail mengenai cara kerjanya. Namun demikian, dalam prakteknya, tidak semudah yang diperkirakan. Apa penyebabnya?

Getaran yang terjadi pada kontak saklar, yang merupakan masalah yang biasa dijumpai pada saklar mekanis.

Ketika kontak bersentuhan, momentum dan elastisitas beraksi bersamaan sehingga menimbulkan getaran. Hasilnya adalah sejumlah pulsa listrik (lihat gambar di atas) yang dapat menimbulkan salah interpretasi. Namun, kejadian ini tidak berlangsung lama (beberapa mikro atau milidetik), namun cukup lama untuk sebuah mikrokontroler. Bila menggunakan sebuah push button sebagai penghitung pulsa, kesalahan terjadi pada hampir 100% kasus.

Masalah ini mungkin cukup mudah diatasi dengan menghubungkannya dengan sebuah rangkaian RC untuk menekan perubahan tegangan yang cepat. Bila periode getaran tidak didefinisikan, nilai komponen yang digunakan tidak dapat ditentukan secara pasti. Namun dalam kebanyakan kasus, disarankan untuk menggunakan nilai yang tertera pada gambar di bawah ini:

Bila dibutuhkan stabilitas yang tinggi maka dibutuhkan cara lain. Output dari rangkaian berikut akan merubah kondisi logikanya hanya setelah men-deteksi pulsa pertama yang dipicu oleh getaran kontak saklar. Solusi ini lebih mahal, namun masalah dapat diselesaikan dengan sempurna.

Selain solusi berbasis hardware, juga terdapat solusi sederhana berbasis software. Bila sebuah program menguji kondisi sebuah pin input dan men-deteksi perubahan, pemeriksaan dilakukan selama jeda tertentu. Jika program memastikan perubahan, ini berarti bahwa posisi saklar atau push button sudah berubah. Keuntungan dari solusi ini sangat jelas: bebas biaya, efek dari noise di-eliminasi dan dapat diterapkan pada kontak yang kualitasnya kurang baik.

Sumber: mikroe.com

Berikut adalah contoh sederhana untuk mengatasi masalah bouncing:

TRISA = 255;
PORTA = 0;
TRISB = 0;
PORTB = 0;

while (1)
{
 int a, b;
 a = PORTA.F3;
 delay_ms(10);
 b = PORTA.F3;
 if ( a == b )
   if ( a == 0 )
   {
     PORTB.F0 = 1;
     delay_ms(2000);
     PORTB.F0 = 0;
   }
}

Motor DC dan Gearbox

Dalam membangun sebuah mobile robot, biasanya kita terkendala dengan chassis dan motor, terutama bila menggunakan motor DC. Bila menggunakan motor servo (continuous servo), karena bentuk fisiknya kotak, maka cukup mudah untuk menempatkannya pada chassis. Namun, motor servo umumnya memiliki kecepatan yang rendah, yakni sekitar 60 rpm saja.

Motor DC kebanyakan memiliki bentuk fisik bulat, sehingga tidak mudah untuk memasangnya pada chassis. Kecepatan putarnya (RPM) tinggi, namun torsinya rendah sehingga perlu dilengkapi dengan gearbox. Nah, menambahkan gearbox adalah masalah yang lain lagi, mengingat tidak mudah untuk mendapatkan gearbox yang sesuai dengan motor yang kita gunakan. Terkadang, persoalan yang satu ini sangat menguras waktu, tenaga dan pikiran.

NEXT SYSTEM Robotics Learning Center menawarkan cara mudah menggunakan motor DC, dengan menyediakan sejumlah produk motor DC yang sudah dilengkapi dengan gearbox, serta mudah dalam pemasangannya.

Pada gambar di atas, motor DC dengan kemasan fisik seperti motor servo dan sudah dilengkapi dengan gear train. Beroperasi pada tegangan 6 VDC dan mampu memberikan kecepatan hingga 300 rpm dengan torsi sekitar 2.4 kgf.cm.

Pada gambar disamping, motor DC yang telah dilengkapi dengan double gearbox. Kombinasi gear ratio dapat memberikan kecepatan maksimum hingga 1.040 rpm (efisiensi maksimum, torsi ~ 40 gf.cm) dan torsi maksimum hingga 2,3 kgf.cm (kecepatan ~35 rpm) pada tegangan kerja 3 VDC. Paket terpadu ini sangat mudah dipasangkan pada chassis yang rata.

Dengan demikian, chassis dan motor bukan lagi kendala untuk memulai “ngoprek” robotik, terutama mobile robot. Mulailah sebuah langkah kecil hari ini – start small, start now – untuk sebuah hasil yang luar biasa di esok hari ๐Ÿ™‚

Untuk informasi lebih lanjut mengenai produk-produk di atas, konsultasi mengenai pembelajaran robotik di sekolah, serta pelatihan membuat mobile robot, silahkan menghubungi NEXT SYSTEM Robotics Learning Center.

Untuk Program Robotik yang Lebih Maju, Perlu Riset!

Kata riset tidak bisa diabaikan, untuk mengembangkan program robotik di sekolah, baik sekolah menengah maupun perguruan tinggi.

Apakah ada sekolah menengah yang memiliki program riset untuk robotik saat ini? Jangankan riset robotik, riset yang lain pun yang lebih sederhana, mungkin tidak ada (baca: langka). Untuk tingkat perguruan tinggi pun, baru beberapa universitas saja.

Padahal, untuk mengembangkan sebuah bidang keilmuan, perlu riset yang mumpuni. Tanpa itu, ibarat tong kosong yang berbunyi nyaring. Bersuara keras tapi tidak ada kualitas yang disampaikan.

Dalam banyak kesempatan, saya selalu menyebutkan hal ini, “to be an expert, we have to spend at least 10,000 hours in deliberate practises“. Deliberate practise adalah riset! Entah skala kecil atau skala besar. Tanpa mengalami tidak ada impresi. Tanpa impresi tidak ada pengalaman. Tanpa pengalaman, tidak ada pemahaman yang mengakar.

Saya berharap, pembelajar sejati dapat lahir mulai dari tingkat sekolah menengah. Insan-instan yang tangguh, berkarakter dan mandiri, serta memiliki daya kreasi dan kemampuan yang luar biasa.

Mulailah dari hal yang kecil dan sederhana (baca: riset kecil). Perjalanan 1000 km dimulai dari sebuah langkah kecil.

Bila mampu melahirkan program riset robotik utk tataran sekolah menengah, ini akan menjadi mercusuar, khususnya di kota Bandung. Apalagi sampai bisa melahirkan produk robot karya orisinil siswa. Satu hal yang luar biasa!

Yuk, kita mulai melangkah!

Seminar Letโ€™s Play and Fun with Robot!

Seminar Let’s Play and Fun with Robot di BE Mall Bandung hari ini, berjalan dengan baik dan cukup memuaskan. Memang penyampaian materi agak sedikit panjang, namun memang itulah modal awal yang harus dimiliki oleh peminat robotik pemula.

Acara yang seyogyanya dimulai pk 11.00, mundur hampir 30 menit, karena pihak panitia menunggu manajemen perusahaan yang baru datang dari Jakarta. Namun, saya tidak mau memperpanjang waktu seminar, karena selepas itu ada tugas lain. Jadi, pk 13.00 selesai tidak selesai, harus selesai.

Puji Tuhan, ย akhirnya, seluruh materi dapat tersampaikan. Dan agenda acara pun berlanjut dengan demo. Demo pertama menggunakan Robot Lego Mindstorms yang dikendalikan secara wireless melalui laptop, dilanjutkan dengan Robot Edukasi yang bergerak mengikuti garis (line following) dan diakhiri dengan aplikasi Maze Solving.

Harus diakui, durasi demo terlalu pendek. Namun, saya memberikan kesempatan kepada peminat untuk melanjutkannya di kelas workshop khusus di kantor. So, peserta tidak perlu kecewa, karena akan dipuaskan selama workshop khusus tersebut ๐Ÿ˜‰

Selepas acara, sejumlah wartawan media lokal meminta waktu untuk wawancara. Yuk, kita wawancara ๐Ÿ™‚

Kompas: Bikin Robot, Bagi Ilmunya Dong!

 

Rabu, 27 Mei 2009 | 12:34 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Dwi Bayu Radius

BANDUNG, KOMPAS.com – Lomba membuat robot pada ‘Lomba Kreativitas Siswa (LKS) Tingkat Jawa Barat Subteknologi Robotika’ di Lembang, Bandung, hari ini (27/5) ditutup. Misinya mengenalkan teknologi dasar robot kepada siswa dan membagi ilmu kepada teman dan guru di sekolah masing-masing peserta.

Hal itu diutarakan oleh salah seorang juri, Agus Mulyana, di sela-sela lomba di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, (27/5). Agus mengatakan, lomba digelar untuk mengenalkan teknologi dasar robot kepada siswa SMA. Para peserta lomba juga diharapkan bisa membagi ilmu kepada teman dan guru di sekolahnya masing-masing. Selain itu, Agus menambahkan, tujuan lomba lainnya adalah untuk menciptakan embrio kompetisi regional, bahkan nasional. “Tadinya ada 15 siswa yang ikut tapi lima di antaranya dinyatakan gugur,” katanya.

Sementara itu, menurut Managing Director Next System, Christianto Tjahyadi, kemampuan dan daya tangkap siswa dianggap sangat baik. Para peserta diberi teori selama empat jam pada hari pertama lomba. Kegiatan lalu dilanjutkan dengan latihan pada hari kedua. “Mereka sudah mampu memrogram robot saat kompetisi hari ketiga. Kemampuan adaptasinya bagus, siswa diupayakan belajar teori dengan suasana yang menyenangkan,” kata Christianto.

Sumber : KOMPAS

Kunjungan Jurusan Fisika Universitas Parahyangan

Selasa, 12 Mei 2009, kami kedatangan tamu, sejumlah dosen dan mahasiswa dari Jurusan Fisika Universitas Katolikย  Parahyangan. Awalnya, yang berniat hadir adalah sang dosen sendiri, karena ada hal yang akan dibicarakan seputar dunia robotik. Namun, karena penasaran dengan nama NEXT SYSTEM Robotics Learning Center, maka diboyonglah sejumlah asisten dan mahasiswa yang tergabung dalam tim kreatif Bengkel Sains tersebut ๐Ÿ™‚

Alhasil, pembicaraan dan diskusi seputar dunia pendidikan dan robotik pun berlangsung seru.

Ada banyak kesan dari pertemuan tersebut. Intinya adalah, perkembangan dan kemapanan teknologi saat ini harus mampu diberdayakan secara maksimal, guna percepatan peningkatan kualitas SDM negeri ini.

Terima kasih untuk teman-teman dari Universitas Katolik Parahyangan yang telah mampir di kantor ๐Ÿ˜‰

Berbagi Bersama Dosen Sebuah Politeknik

Kemarin, seorang dosen dari sebuah politeknik di kota Cimahi / Bandung, mampir di NEXT SYSTEM untuk bicara soal pengembangan program robotik di tempatnya mengajar. Dia mengeluhkan dukungan dari yayasan sekolah yang mensyaratkan untuk berprestasi terlebih dahulu, baru dana riset akan dianggarkan.

Lucu juga! Bagaimana mungkin bisa lahir sebuah prestasi, bila tidak ada modal untuk riset? Walaupun mereka sudah paham dan fasih dengan teori robotika, namun dalam implementasinya tetap harus ngoprek (baca: riset), sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

Jadi, yang mereka lakukan adalah merogoh kocek sendiri, melakukan riset, dan setelah ada prestasi, barulah meng-claim-nya kepada yayasan. Mending kalau langsung menorehkan prestasi. Bila tidak?

Namun, keluhan yang seperti ini, bukan cuma dialami oleh ybs. Di tempat lain pun sama. Ada hitung-hitungan Rupiah yang sering kali tidak logis, yang disyaratkan oleh penyandang dana. Bila demikian kenyataannya, kasihan sekali para penggiat ini. Dedikasinya harus habis-habisan. Habis waktu, tenaga dan pikiran. Habis juga isi kantong untuk mendanai riset ๐Ÿ™

Mejeng lagi di Bisnis Indonesia ;)

Saat asyik melihat-lihat robot line follower yang akan berlomba di arena Galelobot ITB 2009 minggu lalu, seorang rekan jurnalis dari detik.com menyapa. Ya, kami memang pernah bertemu dan bicara di akhir Januari 2009 lalu, menjelang kompetisi robotik di satu SMA swasta di Bandung.

Rupanya, dia bersama dengan rekan wartawan lainnya, baru selesai meliput acara seminar di gedung yang lain.

Rekan wartawan dari harian Bisnis Indonesia sangat antusias membicarakan perkembangan robotik, dan “menyeret” saya ke tempat yang lebih santai untuk sebuah wawancara. Jadilah sebuah wawancara dengan durasi yang lumayan panjang, dan hasilnya ditayangkan dalam sisipan lembar Jawa Barat harian Bisnis Indonesia edisi Rabu, 30 April 2009.

Dalam tulisan tersebut, ada beberapa penjelasan yang kurang pas dan perlu koreksi. Namun, karena sudah tayang, bagaimana meng-koreksinya?

Saya adalah alumni teknik elektro, bukan teknik informatika seperti yang ditulis. Juga belum pernah menjadi dosen di perguruan tinggi, walaupun dalam kelas pelatihan robotik yang saya pimpin, ada banyak mahasiswa dan dosen yang mengikutinya. Walaupun sering diundang untuk memberikan seminar, workshop dan kuliah umum, namun status yang melekat adalah “bukan dosen” ๐Ÿ™‚

Saya pun bukan konsultan ahli dibalik prestasi yang diraih tim robotik Unikom Bandung. Dengan Unikom, saya mewakili NEXT SYSTEM Robotics Learning Center, tengah mengupayakan kerjasama mutualisme, sekaligus men-stimulasi perkembangan robotik di kota Bandung.

Terima kasih kepada rekan Sufyan dari Bisnis Indonesia Bandung yang telah menulis dan mengangkatnya di ย media.

Prospek Teknologi AI Menjanjikan

Jumat, 24/04/2009 00:28 WIB

BANDUNG: Implementasi teknologi artificial intelligence (AI) di masa mendatang akan banyak digunakan kalangan industri finansial.

Indrawanto, Dosen Otomasi Industri Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), mengungkapkan aplikasi konvensional dari teknologi itu saat ini masih banyak digunakan sebatas kalangan manufaktur.

“Mayoritas sifatnya masih mendukung proses produksi, karena otomatisasi AI membuat proses produksi berjalan sesuai estimasi. Namun, dalam waktu mendatang, ini akan ber-ubah,” katanya dalam Galelobot ITB 2009, kemarin.

Artificial intelligence merupakan perpaduan bidang automasi pada teknik mesin dengan rekayasa peranti lunak, yang memungkinkan terciptanya proses robotisasi yang mengacu prilaku serupa pada makhluk hidup. Misalnya, proses mesin tradisional yang memerlukan aktuator roda gigi dengan bantalan yang sebenarnya meniru otot tubuh. Demikian pula model gerakan robot AI yang sebenarnya meniru gerakan binatang.

Sebagian kecil fungsi peranti ini juga digunakan dalam proses kontrol sensitivitas gerakan pada peralatan kamera digital, ada pula yang menggunakannya dalam games personal komputer, seperti dilakukan Nusantara Online.

Indrawanto menjelaskan prinsip peniruan atas perilaku makhluk itu membuat inventor teknologi tersebut bisa melihat kesamaan proses dari sebuah siklus, sehingga prakiraan (forecasting) bisa dilakukan.

“Kalau sudah bisa meniru, mudah untuk forecast apa yang terjadi kemudian, karenanya, teknisi AI akan bisa menebak harga saham berdasarkan sistem peranti lunak yang dikreasinya.”

Menurut dia, peranti lunak tersebut juga memungkinkan untuk membaca arah arus kas di industri perbankan. Hal itu karena siklus keuangan sebenarnya memiliki fase tersendiri dan bisa dipetakan dalam sebuah sistem. “Inilah yang membedakan dengan peranti lunak karya teknisi teknologi informasi yang pendekatannya kaku. Kalau yang buat adalah teknisi mesin yang belajar AI, tentu akan bisa membuat software yang bisa memprediksi.”

Indrawanto mengungkapkan peranti lunak semacam ini harus lebih didorong dibandingkan dengan mendukung aplikasi yang mendukung proses produksi manufaktur seperti buatan Toshiba, NEC, dan Mitsubishi. Alasannya, lanjutnya, peranti ini akan lebih mendorong keterlibatan teknisi dalam negeri khususnya teknisi teknik mesin dan teknologi informasi.

Sementara itu, robotisasi manufaktur sepenuhnya impor.

Christianto Tjahyadi, Managing Director Next System (pusat pendidikan robot di Bandung), menambahkan aplikasi mekanik yang aplikatif dan bermanfaat harus diutamakan mereka yang menggeluti AI.

oleh: Muhammad Sufyan

URL : http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/teknologi-informasi/1id114459.html

Kesempatan Melatih Guru dan Dosen

Saya bersyukur diberi kesempatan untuk memimpin kelas pelatihan mikrokontroler dan robotik dengan peserta dari kalangan pendidikan, yang ber-profesi sebagai guru dan dosen.

Di penghujung bulan Maret 2009, adalah kesempatan keempat memimpin kelas dengan peserta dosen dari teknik elektro, yang umumnya berpendidikan S2. Menarik dan menantang.

Yang saya salut adalah semangat dan kerendahan hati peserta, yang beberapa diantaranya adalah dosen senior. Walaupun mereka terbiasa mengajar mahasiswa dan membimbing tugas akhir, mereka mau meluangkan waktu untuk ikut pelatihan, guna mendapatkan wacana baru sekaligus penyegaran.

Bahkan satu dosen menyampaikan, pelatihan yang diikutinya akan dijadikan modal untuk melanjutkan studinya di jenjang S3. Maka dari itu, Bapak yang satu ini sangat antusias dan melontarkan pertanyaan2 yang mengarah pada cita-citanya tersebut ๐Ÿ™‚

Anyway, dari setiap kelas yang saya pimpin, saya mendapatkan pengalaman tambahan. Dan saya bersyukur, Tuhan memberikan kesempatan-kesempatan itu, sehingga saya bisa belajar juga dari mereka, mulai dari partisipan tingkat SD kelas 3 hingga para dosen yang bergelar Master / Magister. Bagaimana dengan peserta pelatihan dari kalangan S3? Ditunggu saja ๐Ÿ™‚

Kalau menjadi nara sumber seminar dan ada sejumlah Doktor dan Profesor yang duduk sebagai peserta, itu pernah terjadi beberapa kali. Juga memimpin workshop bersama dengan mereka ๐Ÿ™‚

Sebuah tantangan untuk memacu semangat. Gunung yang tinggi memang menantang untuk didaki, dan pelaut ulung tidak pernah lahir dari laut yang tenang. Yuk, kita berselancar di atas gelombang perubahan ๐Ÿ™‚